Kamis, 24 Februari 2011

P3L uyee ..

     Tahun 2011 menjadi tahun kedua saya mengikuti kegiatan P3L (Pelatihan dan Pengembangan Penelitian Lapangan) yang diadakan oleh HIMBIO Unair. Tahun ini diadakan di Taman Nasional Baluran Situbondo-Jawa Timur pada tanggal 8-12 Februari. Kali ini saya bergabung dalam kelompok penelitian kapang yang terdiri dari sembilan orang. Sedangkan tahun lalu diadakan di Taman Nasional Meru Betiri Banyuwangi-Jawa Timur dan saya bergabung dalam kelompok bakteri tanah. Di TN Baluran ini  kami melakukan sampling tanah di empat ekosistem, yaitu ekosistem savana, ekosistem hutan musim, ekosistem mangrove, dan ekosistem evergreen.      
     Pada hari pertama setiap kelompok penelitian menyisiri tiga jalur berbeda untuk sampai di Bama dan melalui jalur berbeda pula untuk sampai ke wisma yang terletak di Bekol. Saya dan teman-teman kelompok penelitan kapang bersama kelompok penelitian fungi melewati mantingan dimana kami melewati ekosistem savana yang sangat panjang kemudian menyusuri mantingan dimana terdapat ekosistem mangrove, yaitu Avicennia sp. dan Rhizospora sp. serta sumber air Mantingan. Melalui perjalanan yang jauh akhirnya kami sampai di Bama dan bermain air  di pinggir Pantai Bama. Di belakang wisma rusa yang merupakan tempat istirahat putri terdapat kumpulan monyet. Begitu pula di Bama banyak terdapat monyet (Macaca).
     Hari kedua saya dan teman-teman kelompok kapang melakukan sampling tanah di ekosistem evergreen dimana kami mengambil sampel tanah secara duplo pada empat titik berbeda. Hari ketiga kami melakukan sampling tanah di ekosistem savana dan ekosistem hutan musim. Selanjutnya hari keempat kami melakukan sampling tanah di ekosistem mangrove. Panas terik matahari dan perjalanan yang jauh tak membuat kami menyerah melakukan sampling.
     Ini merupakan gambar keindahan ekosistem di TN Baluran.




*To be continued..

Sabtu, 05 Februari 2011

Karabash, Kota dengan Polusi Paling Parah di Bumi


      Karabash merupakan sebuah kota kecil di kawasan Chelyabinsk, Rusia. Kota berpenduduk 15 ribu orang itu mulai ramai sejak tahun 1822, setelah para penambang menemukan cadangan emas di kawasan tersebut.
     Di awal abad ke-20, penambang juga mulai menggali tembaga dari perut bumi. Sayangnya, setelah beberapa dekade biji tembaga dikuras dan masyarakat mendirikan pabrik peleburan logam, kota itu kemudian berubah menjadi kawasan darurat ekologi.
     Seperti dikutip dari EnglishRussia, 6 Januari 2011, setiap tahun, pabrik itu mengeluarkan 180 ton gas yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam di kawasan sekitarnya. Sebagai bukti parahnya polusi dan hujan asam itu, pegunungan di sekitar Karabash kehilangan seluruh pohonnya.
     Kota Karabash sendiri sangat berdebu, masyarakat kerap mengalami gangguan pernafasan. Tumor, eksim, batu ginjal, pikun, pertumbuhan tidak normal, dan kelumpuhan otak merupakan penyakit yang umum terjadi.
     Pada sungai yang mengalir di kota itu, konsentrasi zat besi mencapai 500 kali lipat dibanding rata-rata. Tidak ada tumbuhan yang mampu hidup dalam jarak 100 meter dari pinggir sungai.
     Meski kondisi ekologi di Karabash sudah mulai membaik, fasilitas perawatan sudah mulai dibangun, akan tetapi kondisi daerah itu masih jauh dari normal. Gas dan asap yang keluar dari proses peleburan tembaga terus dihembuskan. Padahal emisi itu tidak pernah disaring sebelumnya. Gundukan material limbah pabrik juga mencapai tinggi lebih dari 50 meter.
    Dengan hujan asam yang turun terus menerus, nyaris seluruh vegetasi mati. Hujan angin juga menghanyutkan tanah dan gunung-gunung berubah menjadi bongkahan batu.
     Akhir 1989, pabrik di Karabash dihentikan karena situasi ekologi yang semakin parah. Seperlima penduduk kehilangan pekerjaan dan kota itu mengalami periode krisis. Namun meningkatnya masalah akibat sosioekonomi membuat produksi pabrik di kota itu kembali digulirkan pada tahun 1998.
Sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/197890-kota-berpolusi-terparah-di-planet-bumi

Melihat Lebih Dekat Maduraku

     "Madura", sebuah kata yang membuat orang takut, benci, jengkel, dan lain sebagainya yang selalu bernada negatif. Memang orang Madura memiliki watak keras, pantang menyerah, dan terkadang berkata kasar. Tapi ketahuilah bahwa orang Madura tidak jahat malahan mengasihi sesama. Rasa kesukuan masyarakat Madura sangat tinggi dan termasuk orang yang bertahan hidup. Berbagai pekerjaan yang dilakoni orang Madura, sebagian besar adalah pedagang. Orang Madura terkenal sebagai penjual sate.

 
     Mari mengenal Pulau Madura lebih dekat. Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Pulau Madura terkenal sebagai pulau garam dan makanan Sate Madura. Salah satu dari budaya Madura yang terkenal  dan masih dilestarikan adalah Karapan sapi. Karapan Sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi. Karapan sapi biasanya digelar sehabis panen raya sebagai wujud rasa gembira atas keberhasilan yang diraih.

        Masyarakat Madura terkenal dengan "Carok". Carok sendiri adalah  perkelahian satu lawan satu atau kelompok lawan kelompok. Waktunya direncanakan bersama dan membawa senjata. Carok bukanlah kultur Madura. Carok merupakan cerminan sikap pelakunya yang menjaga harga diri dan tak mau dilecehkan atau dipermalukan.
    Pulau Madura memiliki banyak wisata alam yang didominasi oleh Pantai. Pantai-pantai tersebut adalah Pantai Talang Siring, Pantai Jumiang (Kabupaten Pamekasan), Pantai Lombang (Kabupaten Sumenep), Pantai Camplong (Kabupaten Sampang), dan lainnya. Selain itu Pulau Madura juga memiliki tempat wisata "Api Tak Kunjung Padam" yang terdapat di Kabupaten Pamekasan. Banyak kekayaan alam yang tersimpan di Pulau Madura.     Berikut ini website kabupaten di Pulau Madura. Melihat lebih dekat Maduraku.


*Don't judge a book from it's cover.
*Madura loves peace :) ..

Jumat, 04 Februari 2011

Kebisingan



Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran (Kepmenaker, 1999).
Sedangkan untuk penyebab terjadinya kebisingan itu sendiri terdiri dari beberapa penyebab, yaitu frekuensi, intensitas suara, Amplitudo, kecepatan suara, panjang gelombang, periode,  Oktave Band, frekuensi Bandwidth,  Pure Tune, Loudness, kekuatan suara, dan tekanan suara. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut :
1.               Bising yang Kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a.         Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
b.         Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, dan 4000 Hz) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
2.      Bising Terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga Intermittent Noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
3.      Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon dan meriam.
4.      Bising Impulsif Berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa (Sastrowinoto, 1985).
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, sedangkan keluhan somatik, tuli sementara dan tuli permanen merupakan dampak yang dipertimbangkan dari kebisingan dilingkungan kerja/industri. Sedangkan gangguan kesehatan psikologis berupa gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat, gangguan tidur dan gangguan lainnya (Depkes, 1995).

Sumber Pustaka:

Departemen Kesehatan RI. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.  
Keputusan Menteri Negara Ketenagakerjaan Nomor: KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan. Jakarta.
Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari Sarana Transportasi. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.


Template by:

Free Blog Templates